Wednesday, December 29, 2010

Perintah Untuk Menjauhi Daripada Berdebat dan Saling Berhujah Dengan Ahlil Ahwa' (Pengekor Hawa Nafsu) Dalam Kitab Usulus Sunnah

Perintah Untuk Meninggalkan Perdebatan Dalam Urusan Agama Bersama Ahlil Ahwa' (Pengekor Hawa Nafsu) Dalam Kitab Usulus Sunnah (Keyakinan Aqidah Imam Ahmad)

Dasar Ahlus Sunnah menurut kami adalah:

وترك المراء والجدال والخصومات في الدين

Maksudnya: Meninggalkan perdebatan dan argumentasi serta pertikaian dalam urusan agama (dengan ahlil ahwa')

Syarah Bagi Point ke (5) adalah seperti dibawah:

Sebagaimana dalilnya adalah firman Allah azzawa jalla:

وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ , مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka" [Ar-Ruum 30:31-32]

Dan Firman-Nya pula:

مَا يُجَادِلُ فِي آَيَاتِ اللَّهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلَادِ

"Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu" [Mukmin 40:4]

وَقَالُوا أَآَلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar" [Az-Zukhruf 43:58]

Di dalam hadis nabi shallahu 'alaihi wassalam bersabda:

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ

"Tidaklah suatu kaum tersesat setelah mendapat petunjuk yang ada pada mereka melainkan karena mereka suka berbantah-bantahan." [HR Tirmidzi: 3176, Ibnu Majah: 47, Ahmad: 21143, dinilai hasan oleh syaikh al-Albani didalam Shahih At-Targhiib: 137]

Di dalam Hadis Rasulullah shallahu 'alaihi wassalam bersabda:

أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ

"Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras permusuhannya" [HR Bukhari: 2277, Muslim: 4821]

إِنَّهُ مَنْ تَعَبَّدَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ وَمَنْ عَدَّ كَلَامَهُ مِنْ عَمَلِهِ قَلَّ كَلَامُهُ إِلَّا فِيمَا يَعْنِيهِ وَمَنْ جَعَلَ دِينَهُ غرَضًا لِلْخُصُومَةِ كَثُرَ تَنَقُّلُهُ

"Sesungguhnya barangsiapa beribadah tanpa ilmu, maka ia akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki, barangsiapa amalnya lebih banyak daripada perkataannya, maka ia akan sedikit berbicara kecuali dalam hal-hal yang bermanfaat,dan barangsiapa yang menjadikan agamanya sebagai sasaran untuk diperdebatkan maka banyaklah berubah-ubah (akidahnya)" [Diriwayatkan oleh Ad-Darimi (304) dan Al-Ajurri (Atsar: 39) dengan sanad yang sahih, sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim]

Ada seorang datang kepada Hasan Al-Basri lalu berkata, "Saya ingin mengajak anda berdebat dalam masalah agama" Hasan berkata, "Saya sudah mengetahui agama saya. Maka jika anda tersesat dalam agamamu, silalah pergi untuk mencarinya" [Dikeluarkan oleh Al-Ajurri dalam Asy-Syari'ah (57), Al-Lalika'i dalam as-Sunnah (215) dan Ibnu Baththah dalam Al-Ibanah Al-Kubra dengan sanad shahih]

Ahmad bin Abi al-Hawawi berkata: "Telah mengatakan kepadaku Abdullah bin al-Busri -ia tergolong orang-orang yang khusyu'-: "Sunnah menurut kami bukanlah hanya kamu membantah pengekor hawa nafsu dan bida'ah, akan tetapi Sunnah menurut kami adalah kamu tidak mengajak berbicara siapa pun dari mereka" [Lihat al-Ibanah (2/471)]

Hanbal bin Ishak berkata: "Seseorang telah menulis surat kepada Abi Abdillah -iaitu Ahmad bin Hanbal- meminta izin darinya agar ia menyusun sebuah kitab yang menjelaskan bantahan terhadap ahlul bida'ah, dan agar ia hadir bersama ahli kalam, lalu berdiskusi dan berhujah atas mereka", maka Abu Abdillah menulis balasan kepadanya: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, semoga Allah memberi mu akibat yang baik dan mencegahmu dari hal yang dibenci dan diwaspadai. Sesungguhnya yang kami dengar dan ketahui dari para ulama' yang kami ketemui, bahawa mereka membenci berbicara dan memperdalam perbincangan dengan orang-orang yang sesat. Perkara yang ada hanyalah menyerahkan dan mengembalikannya kepada apa yang ada didalam Kitab Allah dan tidak melampauinya. Dan orang-orang yang sentiasa membenci setiap orang yang berbicara, baik dengan menyusun kitab atau duduk-duduk dengan ahlul bida'ah untuk memperjelas padanya tentang urusan agama yang samar baginya. Maka insyaAllah yang selamat adalah dengan meninggalkan duduk-duduk dan memperdalam perbicaraan bersama mereka dalam bida'ah-bida'ah dan kesesatan mereka. Hendaknya seseorang takut kepada Allah dan kembali kepada hal-hal yang bermanfaat baginya dihari kemudian (hari Kiamat) dengan berbuat amal soleh dan dipersembahkan untuk dirinya, dan janganlah ia tergolong dari orang-orang yang membuat perkara-perkara baru. Maka apabila ia keluar darinya, maka ia menginginkan hujjah baginya, lalu ia membawa dirinya kepada sesuatu yang mustahil dan mencari hujah tatkala ia keluar darinya dengan sebab yang haq mahupun bathil, dengan tujuan menghiasi bida'ah dan perkara baru yang diadakan. Lebih parah lagi apabila ia menempatkannya dalam sebuah kitab, lalu mengambil darinya, maka ia hendak menghiasi bida'ahnya dengan al-haq dan kebathilan, walaupun telah jelas baginya kebenaran itu ada pada selainnya. Kami memohon kepada Allah taufiq-Nya bagi kita semua dan seluruh kaum muslimin. Dan semoga kesejahteraan selalu ada padamu" [Al-Ibanah (2/338)]

Mualliq Usuhul Imam Ahmad ini (Muhammad Eid al-Abbasi) berkata: "Ini adalah sikap Imam Ahmad yang berlebihan dalam mengingkari perkara-perkara baru. Kerana sejauh pengetahuan saya, pada hakikat nya apa yang telah ditetapkan dan diputuskan oleh para ulama' islam setelahnya adalah diperbolehkan untuk menyusun kitab, bahkan sebahagian kitab wajib disusun. Hal ini termasuk maslahah mursalah untuk menjaga lima perkara yang wajib dijaga, yang paling pertama adalah agama"

[Dikutip dari Terjemahan Kitab Syarah Ushulus Sunnah (Kitab Aqidah Imam Ahmad) oleh Syeikh Walid bin Muhammad Nubaih]

Monday, May 17, 2010

Ciri-Ciri Ahlus Sunnah Dan Ciri-Ciri Ahlul Ahwa' serta Ahlul Bida'ah

Ciri-Ciri Ahlus Sunnah Dan Ciri-Ciri Ahlul Ahwa' serta Ahlul Bida'ah

Tanda-Tanda Ahlus Sunnah yang paling jelas adalah:

Apa yang dikatakan oleh Abu Utsman ash-Shabuni:

وإحدى علامات أهل السنة حبهم لأئمة السنة وعلمائها ، وأنصارها وأوليائها ، وبغضهم لأئمة البدع ، الذين يدعون إلى النار ، ويدلون أصحابهم على دار البوار.وقد زين الله سبحانه قلوب أهل السنة ، ونورها بحب علماء أهل السنة ، فضلاً منه جل جلاله ومنه

"Salah satu tanda-tanda Ahlus Sunnah adalah kecintaan mereka kepada imam-imam mereka, ulama'-ulama', para penolong dan pembela sunnah. Dan kebencian mereka kepada imam-imam bida'ah yang menyeru kepada api neraka dan menjerumuskan kawan-kawan nya ke lembah kehancuran. Allah telah menghiasi dan menerangi hati-hati ahlus sunnah dengan menganugerahkan sifat kecintaan mereka terhadap ulama'-ulama' sunnah sebagai kurnia dariNya. Ini adalah sebagai kemuliaan daripada Allah azzawajalla' buat mereka" [Aqidah Ashhabil Hadits, hal.107]

Abu Bakar bin 'Ayyasy pernah ditanya: "Wahai Abu Bakar,siapakah Ahlus Sunnah itu? Ia menjawab: "Iaitu orang yang apabila disebutkan hawa nafsu ia tidak marah kerana sesuatu pun darinya" [Lihat Al-I'tisham (1/114)]

Di antara Tanda-Tanda Ahlus Bida'ah dan Ahli Ahwa' adalah

1. Mencela Ahlul Atsar (Ahlus Sunnah)

Abu Hatim ar-Razzi berkata: 'Tanda ahli bida'ah adalah mencela Ahlul Atsar" [Lihat Aqidah Abi Hatim ar-Raazi, hal. 69]

2. Sangat Memusuhi Ahli Hadits dan Berdiam Diri Dari Orang-Orang Sesat dan Bathil

Rasulullah saw bersabda menjelaskan sifat mereka:

يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الْأَوْثَانِ

"Mereka membunuh orang-orang muslim dan membiarkan (hidup) para penyembah berhala" [HR Bukhari (13/416) dalam Fathul Baari dan Muslim (Hadis no. 1064)]

Abu Utsman Ash-Shabuni (wafat pada tahun 449H) berkata:

وعلامات البدع على أهلها ظاهرة بادية ، وأظهر آياتهم وعلاماتهم : شدة معاداتهم مجملة أخبار النبي ، واحتقارهم لهم ، وتسميتهم إياهم حشوية ، وجهلة ، وظاهرية ، ومشبهه . اعتقاداهم منهم في أخبار رسول الله أنها بمعزل عن العلم ، وأن العلم ما يلقيه الشيطان إليهم من نتائج عقولهم الفاسدة ، ووساوس صدورهم المظلمة ، وهو أجس قلوبهم الخالية عن الخير ، العاطلة ، وحججهم بل شبههم الرافضة الباطلة

"Dan tanda-tanda bida'ah pada ahlinya adalah tampak jelas sekali. Diantara tanda-tanda yang paling jelas terdapat pada diri mereka iaitu sikap kebencian mereka terhadap orang-orang yang meriwayatkan hadits-hadits Rasulullah saw (ahlul hadits). Ahlul bida'ah menghina dan merendah-rendahkan mereka, Mereka selalu melontar kan gelaran-gelaran buruk kepada ahlul Hadits seperti menggelarkan mereka sebagai 'Hasyawiyah' (orang-orang hina), 'Jahalah' (orang-orang jahil), 'Zahiriyyah' (orang-orang yang memahami dalil-dalil secara zahir), dan 'Musyabbihah' (orang-orang yang menyamakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk). Mereka meyakini bahawa hadits-hadits Nabi saw terpisah jauh dari ilmu dan ilmu itu adalah apa-apa yang dilontarkan syaitan kepada mereka berupa hasil -hasil pemikiran mereka yang rosak, was-was daripada dada-dada mereka yang gelap, bisikan-bisikan hati mereka yang kosong dari kebaikan. Sebenar nya ucapan-ucapan, hujah-hujah dan syubhat-syubhat  mereka sebenar nya kosong (tidak ilmiah) dan bathil.[Aqidah Ashhabil Hadist, hal. 103]

Al-Hakim meriwayatkan dengan isnad yang sahih dari Ahmad bin Sinan al-Qaththan, ia berkata:

ليس في الدنيا مبتدع إلا وهو يبغض أهل الحديث ، فإذا ابتدع الرجل نزعت حلاوة الحديث من قلبه

"Di dunia ini tiada seorang pelaku bida'ah melainkan ia membenci Ahlul Hadits. Apabila seseorang berbuat bida'ah maka rasa manisnya hadits telah tercabut dari dalam hatinya" [Aqidah Ashhabil Hadits, hal.103]

Abu Nashr al-Faqih berkata:

ليس شيء أثقل على أهل الإلحاد ، ولا أبغض إليهم من سماع الحديث وروايته بإسناده

"Tiada sesuatu yang lebih berat dan lebih dibenci oleh orang-orang mulhid (berpaling dari agama) daripada mendengarkan hadits dan meriwayatkannya dengan sanad" [Aqidah Ashhabil Hadits, hal.103]

Abu Utsman Ash-Shabuni juga mengatakan:

أنا رأيت أهل البدع من هذه الأسماء التي لقبوا بها أهل السنة ؛ سلكوا معهم مسلك المشركين مع رسول الله فإنهم أقسموا القول فيه : فسماه بعضهم ساحراً وبعضهم كاهنا وبعضهم شاعراً وبعضهم مجنوناً وبعضهم مفتوناً وبعضهم مفتريا مختلقاً كذاباً ، وكان النبي

"Aku melihat ahli bida'ah dalam memberikan laqob (julukan) nama-nama ini terhadap ahlus sunnah mengikut jejak kaum musyrikin dalam bersikap terhadap Rasulullah saw. Mereka terbagi-bagi dalam menamai Rasulullah saw, ada diantara mereka yang menjuluki nya sebagai tukang sihir, dukun, penyair, orang gila, orang yang terfitnah dan ada pula yang menamai nya sebagai pendusta. Sedangkan Rasulullah saw sendiri jauh dari berlepas diri dari aib-aib tersebut. Beliau tiada lain hanyalah sebagai pesuruh yang telah dipilih oleh Allah dan sebagai NabiNya". [Aqidah Ashhabil Hadits, hal.105]  
Allah berfirman:

انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الْأَمْثَالَ فَضَلُّوا فَلَا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلًا

"Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar)" [Al-Isra' 17:48]

Abu Utsman Ash-Shabuni juga mengatakan lagi:

كذلك المبتدعة خذلهم الله اقتسموا القول في جملة أخباره ، ونقله أثاره ، ورواة أحاديثه المقتدين بسنته ، فسماهم بعضهم حشوية ، وبعضهم مشبهة ، وبعضهم نابتة ، وبعضهم ناصبة وبعضهم جبرية

وأصحاب الحديث عصامة من هذه المعائب بريئة ، نقية زكية تقية ، وليسوا إلا أهل السنة المعنية ، والسيرة المرضية ، والسبل السوية ، والحجج البالغة القوية ، قد وفقهم الله جل جلاله لإتباع كتابه ، ووحيه وخطابه ، والاقتداء برسوله في أخباره ، التي أمر فيها أمته بالمعروف من القول والعمل ، وزجرهم فيها عن المنكر منها ، وأعانهم على التمسك بسيرته ، والاهتداء بملازمة سنته ، وشرح صدورهم لمحبته ، ومحبة أئمة شريعته ، وعلماء أمته

 المرء مع من أحب

"Demikian halnya dengan ahlul bida'ah -semoga Allah menghinakan mereka-, mereka telah menamakan orang-orang yang membawa hadits-hadits Rasulullah shallallahualaihi wasallam  dan perawi-perawi haditsnya, yang sentiasa mengikuti sunnahnya, yang terkenal dengan nama Ahlul Hadits, dengan gelaran-gelaran seperti apa yang dialami oleh Rasulullah shallallahualaihi wasallam. Sebahagian mereka (Ahlul Bida'ah) menamakan Ahlul Sunnah dengan nama 'Hasyawiyah' (orang hina), ada diantara mereka menamakan dengan 'Musyabbihah' (orang-orang yang menyamakan sifat-sifat Allah dengansifat-sifat makhluknya), 'Nabitah', 'Nasibah' dan 'Jabariyah'"

"Sedangkan ahlul hadits bersih dan jauh dari keaiban-keaiban tersebut. Mereka tidak lain,melainkan ahlus Sunnah yang melalui jalan yang terang dan diredhai,mereka berjalan diatas jalan yang lurus.Mereka memiliki hujah-hujah yang kukuh dan mantap.Allah azzawajalla telah memberikan taufiq kepada mereka dengan membimbing mereka untuk mengikuti KitabNya, wahyuNya, dan perkataanNya (perintah dan larangan) dan menunjukkan mereka agar mengikuti orang yang paling dekat kepada Allah iaitu Rasulullah shallallahualaihi wasallam dengan mengikuti sunnah-sunnah nya untuk menyuruh yang makruf dalam bentuk perkataan dan perbuatan dan mencegah mereka dari melakukan kemungkaran pada perkataan dan perbuatan. Allah telah menolong mereka (Ahlul Hadits) untuk mengikuti sirah RasulNya dan sentiasa berpegang teguh kepada sunnahnya. Dia menjadikan mereka sebagai pengikut-pengikut Nabi shallallahualaihi wasssalam. Allah memuliakan mereka dan meninggikan kedudukan mereka dengan berpegangnya mereka kepada sunnah RasulNya. Dia melapangkan dada-dada mereka untuk mencintai NabiNya dan mencintai ulama' yang memikul syariatNya. Sesiapa yang cinta kepada suatu kaum,maka dia akan bersama-sama dengan mereka pada Hari Qiamat kelak 
berdasarkan sabda Rasulullah shallallahualaihi wassalam: 

"Seseorang akan bersama dengan siapa yang dia cintai"

[Hadits Sahih dikeluarkan oleh Bukhari dalam sahihnya (7:42) dan Muslim (4:2032, 2033)]


[Aqidah Ashhabil Hadits, hal.105] 

3. Meminta Tolong Kepada Para Pemimpin Dan Penguasa (Untuk Menghabisi Para Pengikut Kebenaran)

Dikeranakan hujjah dan madzhab ahlul bida'ah yang lemah serta tipu daya mereka yang sedikit, maka mereka meminta bantuan para pemimpin dan penguasa di dalam menolong dakwah mereka, kerana di dalam nya terdapat suatu macam pemaksaan ancaman lantaran rasa takut pada pemimpin/penguasa dalam menghukum orang yang enggan taat, baik dengan ancaman penjara, pukulan ataupun pembunuhan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Bisyr Al-Mirrisi di zaman khalifah Al-Makmun dan Ahmad bin Abi Duad dimasa khalifah Al-Watsiq. Mereka membuat mazhab-mazhab (baru) yang tidak dikenal/diketahui dalam syari'at untuk umat manusia. Mereka dipaksa mengikuti mazhab-mazhab tersebut secara tunduk mahupun terpaksa sehingga penyakit (bida'ah) itu merata pada manusia dan menjadi kukuh dalam waktu yang panjang. 

Ahli bida'ah apabila dakwah nya tidak berhasil disambut oleh manusia, mereka berusaha bangkit dengan para pemimpin agar lebih memungkinkan untuk diterima. Maka dari itu, banyak orang yang masuk ke dalam dakwah ini kerana kebanyakkan mereka jiwanya lemah" [lihat Al-I'tisham karya Imam Asy-Syathibi (1/220)]

Bukanlah suatu hal yang asing bagi kita, apa yang telah dicatat oleh sejarah tentang cobaan yang dialami oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan Ahlul Haq seluruhnya pada setiap tempat dan zaman.

Imam Asy-Syathibi berkata: "Tidakkah kamu lihat ahwal (keadaan-keadaan)ahli bida'ah di zaman tabi'in dan setelahnya? Mereka bercampur dengan para penguasa dan berlindung kepada orang-orang berharta. Sedangkan diantara mereka yang tidak mampu melakukan hal itu, maka bersembunyi dengan bida'ah nya dan melarikan diri dari bercampur dengan orang-orang sekitarnya serta melaksanakan perbuatan-perbuatannya dengan cara taqiyyah (melindung diri dengan kedustaan)" demikian perkataan secara ringkas" [Al-I'tisham karya Imam Asy-Syathibi (1/167)]

4. Bersungguh-Sungguh Dan Berlebih-Lebihan Dalam Beribadah 

Ahli bida'ah menambah semangat nya dalam beribadah dengan tujuan memperoleh pengagungan, kedudukan, harta dan selainnya dari syahwat-syahwat dunia, bahkan mereka mengagungkan syhawat dunia. Tidakkan kamu melihat para pendeta digereja-gereja terputus dari segala macam kelazatan dan tenggelam dalam pelbagai macam ibadah serta menahan diri dari syahwat. Walaupun demikian, mereka kekal didalam neraka Jahannam. 

Allah berfirman:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ (2) عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ (3) تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً (4

"Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka)" [Al-Ghaasyiyah 88:2-4]

Allah berfirman:


قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

"Katakanlah: 'Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?' Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya" [Al-Kahfi 18:13-104]

Hal itu tidak lain dikeranakan suatu perasaan ringan yang mereka dapatkan dalam beriltizam dengan ibadah dan rasa giat yang merasuk ke dalam diri mereka. Sehingga mereka menganggap mudah sesuatu yang sulit disebabkan hawa nafsu yang merasuk ke dalam jiwa mereka. Maka apabila nampak seorang mubtadi' (pelaku bida'ah) suatu kewajipan dan ia memandang (suatu amalan bida'ah) sebagai suatu yang dicintainya, maka gerangan apakah yang boleh menghalanginya dari berpegang teguh dengan nya  dan menambah semangat dalam melaksanakannya? Sedangkan ia sendiri menganggap perbuatan-perbuatan itu lebih utama daripada perbuatan-perbuatan selainnya dan keyakinan-keyakinannya lebih tepat dan lebih tinggi (dari amalam lain termasuk juga sunnah nabi shallahu 'alaihi wassalam).

Allah berfirman:


كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ

"Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya." [Al-Muddatstsir 74:31]

(Perhatian) : Sebahagian orangtertipu dengan ahli bida'ah dikeranakan kezuhudan dan kekusyukan serta tangisan atau selain nya dari banyaknya ibadah yang mereka lihat pada mereka. Akan tetapi hal ini bukanlah kayu ukur yang benar dalam mengetahui kebenaran. Nabi shallahu 'alaihi wassalam telah bersabda kepada para sahabatnya, menyebutkan sebahagian sifat ahli bida'ah:

Dalam sebuah hadis yang sahih :

أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقْسِمُ قِسْمًا أَتَاهُ ذُو الْخُوَيْصِرَةِ وَهُوَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اعْدِلْ فَقَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ قَدْ خِبْتَ وَخَسِرْتَ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ فَقَالَ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ائْذَنْ لِي فِيهِ فَأَضْرِبَ عُنُقَهُ فَقَالَ دَعْهُ فَإِنَّ لَهُ أَصْحَابًا يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلَاتَهُ مَعَ صَلَاتِهِمْ وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِمْ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ 

Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu berkata; "Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang sedang membagi-bagikan pembagian(harta), datang Dzul Khuwaishirah, seorang laki-laki dari Bani Tamim, lalu berkata; "Wahai Rasulullah, tolong engkau berlaku adil". Maka beliau berkata: "Celaka kamu!. Siapa yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat adil". Kemudian 'Umar berkata; "Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk memenggal batang lehernya!. Beliau berkata: "Biarkanlah dia. Karena dia nanti akan memiliki teman-teman yang salah seorang dari kalian (para sahabat) memandang remeh shalatnya dibanding shalat mereka, puasanya (para sahabat) dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur'an namun tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari target (hewan buruan) " [Muttafaq 'alaih]

Telah menceritakan dari Al-Auzaa'i, ia berkata: "Telah sampai kepadaku, bahawa barangsiapa yang berbuat bida'ah yang sesat maka syaitan akan menjadikannya cinta beribadah (kepada bida'ah tersebut) dan meletakkan pada dirinya rasa khusyuk dan menangis agar ia dapat memburunya

Tuesday, April 27, 2010

Perintah Untuk Menjauhi Permusuhan dan Duduk-Duduk Bersama Ahlil Ahwa' Dalam Kitab Usulus Sunnah

Perintah Untuk Menjauhi Permusuhan dan Duduk-Duduk Bersama Ahlil Ahwa' (Pengekor Hawa Nafsu) Dalam Kitab Usulus Sunnah

Dasar Ahlus Sunnah menurut kami adalah:

وترك الخصومات ، والجلوس مع أصحاب الأهواء

5. Meninggalkan permusuhan dan berduduk-duduk dengan ahlil ahwa' (Pengekor hawa nafsu)

Syarah Bagi Point ke (5) adalah seperti dibawah:

Kerana Allah berfirman:

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ

"Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka" [An-Nisa' 4:140]

Syaikh Rasyid Ridha dalam Al-Manaar (5/463) berkata: "Termasuk dalam ayat ini setiap orang yang membuat perkara baru dalam urusan agama ini dan setiap mubtadi' (pelaku bida'ah)" [Lihat Tanbiih Ulil Abshaar, hal.76]

Didalam Hadis Sahih, Nabi saw bersabda:

من سمع بالدجال فلينأ عنه فوالله إن الرجل ليأتيه و هو يحسب أنه مؤمن فيتبعه مما يبعث به الشبهات

"Barangsiapa mendengar (keluarnya) Dajjal makan hendaklah ia menjauhinya sejauh-jauhnya,kerana akan ada seseorang yang mendatanginya sedang dia mengira dirinya seorang yang beriman, dan keadaannya senantiasa demikian sehingga dia mengikuti Dajjal dikeranakan syubhah-syubhah yang dilihatnya" [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud dan selainnya, Lihat Shahih Al-Jaami' (6301)]

Ibnu Baththah berkata mengomentari hadis ini: "Ini adalah sabda Rasulullah saw, maka takutlah kepada Allah swt wahai kaum muslimin. Janganlah rasa baik sangka kepada terhadap diri sendiri dan pengetahuan tentang mazhab yang benar itu membawa seseorang diantara kamu kepada hal-hal yang membahayakan agama nya dengan berduduk-duduk bersama sebahagian pengekor hawa nafsu (dan ahli bida'ah) lalu ia mengatakan: 'Saya duduk bersamanya atau mendebatnya atau mengeluarkannya dari mazhabnya.Kerana sesungguhnya mereka lebih dahsyat fitnah nya daripada dajjal dan perkataan mereka itu lebih lengket daripada penyakit kudis,dan akan lebih cepat membakar hati daripada api yang berkobar. Sungguh aku telah melihat sekelompok orang yang dahulunya senantiasa melaknati mereka (pengekor hawa nafsu dan bida'ah) dan mencela mereka di dalam majlis-majlis mereka dalam rangka mengingkari dan membantah (syubhah dan bida'ah) mereka. Namun tatkala mereka senantiasa berduduk santai bersama pengekor hawa nafsu dan bida'ah hingga timbul di dalam hati rasa cinta dan cenderung kepada mereka dikerana kan samar nya tipu daya dan lembut nya kekufuran mereka" [Al-Ibanah (3/470)]

Anas ra pernah didatangi oleh seseorang dan berkata padanya: "Wahai Abu Hamzah,aku menjumpai sebuah kaum yang mendustakan syafa'at dan azab kubur" Maka beliau katakan: "Mereka adalah para pendusta,maka janganlah kamu duduk-duduk bersama mereka" [Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah (2/448) dan sanad nya la ba'sa bihi]

Ibnu Abbas ra berkata: "Janganlah kamu duduk-duduk bersama pengekor hawa nafsu dan bida'ah kerana hal itu akan menjadikan hatimu sakit" [Isnadnya sahih,lihat Asy-Syarii'ah (atsar no. 55) dan dikeluarkan pula oleh Ibnu Baththah (619) dari jalan Al-Ajurri]

Ibnu Al-Jauzi -termasuk pembesar Tabi'in- berkata: "Sungguh aku bertetangga dengan monyet-monyet dan babi-babi lebih aku sukai daripada aku bertetangga dengan seseorang dari mereka -yakni ahli ahwa'- " [Al-Laalikaai: 231 dengan sanad laba'sa bihi]

Al-Fudhail bin 'Iyadh berkata: "Janganlah kamu duduk bersama ahli bida'ah kerana sesungguhnya aku takut kamu ditimpa laknat"

Pernah ada dua orang dari pengekor hawa nafsu dan bida'ah masuk ke dalam majlis Muhammad bin Sirin,maka kedua nya berkata: Wahai Abu Bakar,mahukah kami bacakan kepadamu sebuah hadis? Jawabnya: "Tidak" Maka keduanya berkata lagi: "Jika begitu kami baca kan kepada mu sebuah ayat dari kitab Allah swt" Ia menjawab: "Tidak,pergilah kamu dariku atau aku yang pergi" maka kedua nya keluar. Kemudian sebahagian orang bertanya kepadanya: "Wahai Abu Bakar,mengapa anda enggan mendengarkan sebuah ayat dari kitab Allah swt yang hendak ia baca kan kepadamu?" Jawabnya: "Sesungguhnya aku takut ia membaca kan kepadaku sebuah ayat lalu ia menyelewengkan (makna)nya sehingga hal itu menghujam di dalam hatiku" [Dikeluarkan oleh ad-Darimi (397) dan Al-Laalikaai dengan sanad yang sahih]

Abdul Razzaq berkata: Telah berkata kepadaku Ibrahim bin Abi Yahya,"Aku melihat orang-orang muktazilah banyak disekitarmu" Aku menjawab, "Betul, mereka mengira bahawa kamu bersama mereka" Ia berkata, "Tidakkah kamu masuk bersamaku ke dalam warung ini hingga aku berbicara denganmu" Jawabku, "Tidak" Ia bertanya, "Mengapa?" Saya katakan, "Kerana hati ini lemah dan (urusan) agama itu bukan bagi orang yang menang" [Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah (401) dan Al-Laalikaai (249) dengan sanad sahih]

Mubasysyir bin Isma'il al-Halabi berkata, pernah dikatakan kepada Al-Auza'i, sesungguhnya seseorang mengatakan, "Aku duduk bersama ahlus sunnah dan ahlul bida'ah" Maka Al-Auza'i berkomentar, "Sesungguhnya orang ini hendak menyamakan antara yang haq dan yang bathil" [Al Ibanah (2/456)]






 




Friday, April 16, 2010

Kewajipan Meninggalkan Bida'ah Secara Keseluruhannya Dalam Kitab Usulus Sunnah


Keyakinan Akidah Imam Ahmad Supaya Meninggalkan Bida'ah Secara Keseluruhannya Kerana Setiap Bida'ah Adalah Kesesatan

Dasar Ahlus Sunnah menurut kami adalah:

وترك البدع ، وكل بدعة فهي ضلالة

3. Meninggalkan bida'ah-bida'ah
4. Setiap bida'ah adalah kesesatan


Syarah Bagi Kata-Kata Imam Ahmad adalah seperti dibawah:

Allah swt berfirman:

اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ

"
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya" (Al-'Araaf 7:3)

Dan Nabi saw bersabda:

و إياكم و محدثات الأمور , فإن كل محدثة بدعة

"Waspadalah kamu terhadap perkara-perkara baru,kerana sesungguhnya setiap perkara yang baru itu bida'ah" [HR Abu Dawud, Sahih Sunan Abu Dawud (no.3851)]

Dan sabdanya pula:

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

"Barangsiapa mengada-adakan dalam urusan (agama) kami perkara baru yang bukan darinya maka perkara itu tertolak" (HR Bukhari (2697) dan Muslim (1718) dari Hadis 'Aisyah ra)

Ibnu Mas'ud berkata:"Janganlah kamu berbuat bida'ah dan berlebih-lebihan dalam agama.Wajib atas kamu untuk berpegang teguh dengan pekara agama yang dahulu kala (ajaran Muhammad saw yg murni)" [Diriwayatkan oleh Ad-Darimi (1/54) dan Ibnu Baththah dengan sanad yang sahih]

Dari Ibnu al-Musayyib,bahawa ia pernah melihat seseorang melaksanakan solat (sunnah) lebih dari dua rakaat setelah terbit fajar dan dia memperbanyakkan ruku' di dalamnya,maka beliau melarang nya.Orang tersebut berkata,"Wahai Abu Muhammad,apakah Allah swt akan menyiksaku kerana solatku ini? Beliau menjawab, "Tidak,akan tetapi Dia akan menyiksamu kerana kamu telah menyelisihi Sunnah (Tuntutan Nabi saw)" [diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Syaikh Albani mensahihkan sanadnya didalam al-Irwa' (2/236)]

Imam Hasan bin Ali al-Barbahari (wafat pada tahun 329 H) berkata:"Waspadalah kamu terhadap perkara-perkara baru (dalam agama) yang kecil,kerana bida'ah-bida'ah kecil itu jika sering dilakukan maka akan menjadi besar.Demikian pula setiap bida'ah yang diada-adakan dalam umat ini asal mulanya kecil menyerupai al-haq,lalu orang-orang yang masuk ke dalam nya menjadi tertipu,kemudian ia tidak mempu keluar darinya,sehingga hal itu (seakan-akan) menjadi suatu perkara agama yang harus dita'ati,maka ia pun menyimpang dari jalan (yang benar),lalu keluar dari islam.Maka perhatikanlah -semoga Allah merahmatimu- setiap orang yang kamu dengarkan ucapannya,khususnya pada orang-orang yang hidup pada zamanmu,maka janganlah kamu tergesa-gesa dan masuk ke dalamnya sehingga kamu bertanya dan meneliti terlebih dahulu,apakah ada seorg sahabat nabi saw atau seorg ulama' yang membicarakan perkara itu.Maka jika kamu mendapatkan sebuah atsar (riwayat) dari mereka yang membenarkannya,maka berpegang teguhlah dengannya dan jangan meninggalkannya.Jangan pula memilih jalan selainnya kerana kelak kamu akan jatuh ke dalam api neraka" [Syarhus Sunnah karya Al-Barbahari, hal.68]

Umar bin Abdul Aziz berkata: "Tiada alasan bagi siapapun dalam kesesatan yang dilakukan sedang dia mengiranya sebagai petunjuk setelah jelas baginya as-Sunnah" [As-Sunnah, karya Al-Marwazi (95)]

Ibnu Wadhdhah mengeluarkan dengan sanad yang rijal-nya tsiqoh dari Abu Utsman an-Nahdi,ia berkata: "Seorang pegawai (gabenor) menulis surat kepada Umar bin Khaththab,bahawa disini ada sekelompok kaum yang berkumpul dan berdo'a untuk kaum muslimin dan pemimpin muslimin.Maka Umar menulis surat balasan kepadanya, "Datanglah engkau bersama mereka!" maka ia pun datang. Umar berkata kepada pengawalnya:"Siapkan cambuk" Maka tatkala mereka masuk mengadap Umar,beliau mencabuk pemimpin-pemimpin mereka dengan keras" [lihat Al-Bida' wan Nahyu 'Anhu,hal.26]

Imam Darul Hijrah (Imam Malik) berkata:"Barangsiapa membuat perkara baru dalam urusan umat ini yang tidak pernah berada diatas nya generasi pertama umat ini,maka ia telah mengira bahawa Rasulullah saw berkhianat dalam menyampaikan risalah Allah swt ini,kerana Allah swt berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu" [Al-Maidah 5:3]

Maka perkara-perkara yang bukan termasuk urusan agama pada waktu itu,bererti bukan termasuk urusan agama juga pada zaman sekarang ini.Kemudian akhir umat ini,tidaklah menjadi baik kecuali dengan apa yg membuat generasi pertama umat ini menjadi baik"

Beliau juga pernah ditanya oleh seseorang, "Wahai Abu Abdillah,dari manakah aku mulai ihram?" Beliau menjawab:"dari Dzul Hulaifah dimana Rasulullah saw memulai ihram" Orang itu berkata: "Aku ingin memulai ihram dari masjid (nabawi),dari sisi kuburan" Maka Imam Malik berkata kepadanya: "Jangan kamu lakukan itu,kerana aku takut terjadi fitnah pada dirimu" Lalu ia bertanya,"Fitnah apakah yang akan terjadi dalam hal ini? ini hanya lah jarak beberapa mil sahaja yang aku tambahkan" Jawab Imam Malik: "Fitnah apakah yang lebih besar daripada kamu mengira bahawa dirimu telah sampai pada sebuah keutamaan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah saw.Sesungguhnya aku telah mendengar firman Allah swt:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (63

"maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih" [An-Nuur 24:63] [dikeluarkan oleh Ibnu Abdil Bar di dalam Jaami' Bayaanil Ilmi dan Ibnu Baththah dalam Al-Ibaanah al-Kubra (1/261) dengan isnad laa ba'sa bihi]

Al-Hafidh Al-Isma'ili (wafat pada tahun 371 H) berkata: "Imam-Imam hadis berpendapat (wajibnya) menjauhi bida'ah dan dosa-dosa,menahan diri dari gangguan serta meninggalkan ghibah (mengumpat orang lain) kecuali kepada orang yang menampakkan bida'ah dan ia menyeru kepadanya,maka membicarakan kejelekannya menurut mereka bukan termasuk ghibah (yang diharamkan)" ['ltiqaad Aimmatil Hadits, hal.78]








Sunday, February 14, 2010

Qudwah Kepada Para Sahabat Rasulullah saw Dalam Kitab Usulus Sunnah


Keyakinan Akidah Imam Ahmad Dalam Berqudwah kepada Sahabat Rasulullah saw


Dasar Ahlus Sunnah menurut kami adalah:

1. Berpegang Teguh pada jalan hidup para sahabat Rasulullah saw
2. Berqudwah (mengambil teladan) pada mereka

Syarah Bagi Kata-Kata Imam Ahmad adalah seperti dibawah:

Sebagai dalil firman Allah swt:

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Allah berfirman:"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali" (An-Nisa' 4:115)

Dan Sabda Nabi saw:

إنه من يعش منكم بعدي فسيرى اختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين وعضوا عليها بالنواجذ

"Sesungguhnya barangsiapa dari kalian yang hidup (sesudah aku wafat) maka ia akan melihat banyak perselisihan.Maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khalifah yang lurus,gigitlah erat-erat dengan gigi geraham kalian," dari hadith 'Irbadh bin Sariyah ra yang masyhur (Sahih Sunan Abi Dawud, hadis 3851)

Dan sabdanya pula, dalam menjelaskan sifat-sifat golongan yang selamat:

ما أنا عليه اليوم وأصحابي

"Yaitu,apa-apa yang pada hari ini.aku dan para sahabatku berada diatasnya" (Hadis ini derajatnya hasan atau shahih lighairihi)

Ibnu Mas'ud ra berkata,"Barangsiapa diantara kamu ingin mengambil keteladanan,maka hendaklah ia mengambil keteladanan dari para sahabat Nabi Muhammad saw kerana mereka adalah orang-orang yang hatinya baik,ilmunya mendalam,sedikit takalluf (memaksa diri melebihi batas kemampuannya),memilih petunjuk yang lurus,baik keadaannya.Mereka adalah suatu kaum yang Allah pilih untuk dijadikan sebagai sahabat Nabi Nya.Maka dari itu,ketahuilah keutamaan mereka dan ikutilah jejak-jejak mereka sebab mereka berada diatas petunjuk yang lurus" (derajat riwayat ini, Laa ba'sa bihi,dikeluarkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam kitabnya Jaami' Bayaanil 'Ilmi:1810)

Ibnu 'Aun berkata: "Semoga Allah swt merahmati seseorang yang komitemen dan merasa redha dengan atsar (kata2 sahabat) ini meskipun terasa berat olehnya" (diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al-Ibanah [291],dan derajatnya sahih menurut syarat Bukhari dan Muslim)

Ibrahim an-Nakha'i berkata: "Seandainya para sahabat Muhammad saw membasuh kuku (dalam berwudhu'),nescaya aku tidak akan mencucinya demi mencari keutamaan dalam ber-ittiba' kepada mereka" (Sahih, diriwayatkan oleh Ibnu Baththah (254), Ad-Darimi dan selainya)

Umar bin Abdul Aziz pernah berwasiat kepada sebahagian pegawainya: "Aku berwasiat kepadamu agar senantiasa bertaqwa kepada Allah swt,dan berlaku sederhana dalam menjalankan perintahnya,mengikut sunnah (tuntutan) Rasulullah saw,meninggalkan perkara-perkara baru dalam agama yang diada-adakan oleh orang-orang yang setelahnya,dan berhentilah pada batas-batas ajarannya .Dan ketahuilah,bahawa seseorang tidaklah berbuat bida'ah melainkan telah ada sebelumnya hal yang menunjukkan kebida'ahannya dan pelajaran buruk yang ditimbulkannya.Kerana itu kamu wajib berpegang teguh kepada As-Sunnah kerana ia merupakan pelindung (dari berbagai kesesatan dan kebinasaan) bagi dirimu dengan izin Allah.Dan ketahuilah,barangsiapa yg berjalan diatas sunnah,maka sungguh dia telah mengetahui bahawa tindakan menyelisinya adalah termasuk kesalahan,kekeliruan,sikap berlebih-lebihan dan kedunguan.Maka generasi terdahulu dari umat ini (As-Salafussoleh) telah berhenti dan menahan diri mereka dengan ilmu yang mampan (kukuh) (dari bida'ah-bida'ah) padahal mereka orang-orang yang sgt sanggup membahas sesuatu masalah agama,akan tetapi mereka tidak membahasnya" (Shahih Sunan Abi Dawud (4612),dan lihat takhrij kitab asy-Syarii'ah (atsar no:292))

Imam al-Barbahari berkata: "Dan ketahuilah -smg Allah merahmatimu- bahawa keislaman seorang hamba tidaklah sempurna hingga ia menjadi orang yang senantiasa ber-ittiba' (mengikut petunjuk Nabi saw) ,membenarkan dan berserah diri.Maka,barangsiapa yang mengira bahawa masih ada satu perkara Islam yang belum disampaikan oleh para sahabat Muhammad saw pada kita maka sungguh ia telah mendustakan mereka,dan hal itu cukup untuk dikatakan sebagai perpecahan dan tikaman terhadap mereka,dan dia adalah seorang mubtadi' (pelaku bida'ah) yang sesat dan telah mengada-adakan perkara baru dalam agama islam" (Syarhus Sunnah, hal.70)

Ia juga berkata: "Wajib atas kamu mengikuti atsar-atsar (jejak salafussoleh) dan orang-orang yang berpegang teguh dgn atsar.Bertanyalah pada mereka,duduk dan ambillah ilmu dari mereka" (Syarhus Sunnah, hal.20)

Barangsiapa menghendaki penjelasan yang lebih dalam tentang ini,silalah merujuk kitab Al-I'tishom karya Asy-Syatibi,sebab kitab ini merupakan kitab yg agung,banyak mengandungi manfaat dan faedah yang besar serta tidak ada kitab semisalnya yang disusun dalam bab ini.Lihat pula Ta'liq (komentar) Syaikh al-Albani terhadap kitab Al-Aqidah ath-Thahawiyyah hal.48

Rujukan : Kitab اصول السنة (Keyakinan Akidah Iman Ahmad Bin Hanbal)