Wednesday, December 29, 2010

Perintah Untuk Menjauhi Daripada Berdebat dan Saling Berhujah Dengan Ahlil Ahwa' (Pengekor Hawa Nafsu) Dalam Kitab Usulus Sunnah

Perintah Untuk Meninggalkan Perdebatan Dalam Urusan Agama Bersama Ahlil Ahwa' (Pengekor Hawa Nafsu) Dalam Kitab Usulus Sunnah (Keyakinan Aqidah Imam Ahmad)

Dasar Ahlus Sunnah menurut kami adalah:

وترك المراء والجدال والخصومات في الدين

Maksudnya: Meninggalkan perdebatan dan argumentasi serta pertikaian dalam urusan agama (dengan ahlil ahwa')

Syarah Bagi Point ke (5) adalah seperti dibawah:

Sebagaimana dalilnya adalah firman Allah azzawa jalla:

وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ , مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka" [Ar-Ruum 30:31-32]

Dan Firman-Nya pula:

مَا يُجَادِلُ فِي آَيَاتِ اللَّهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلَادِ

"Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu" [Mukmin 40:4]

وَقَالُوا أَآَلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar" [Az-Zukhruf 43:58]

Di dalam hadis nabi shallahu 'alaihi wassalam bersabda:

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ

"Tidaklah suatu kaum tersesat setelah mendapat petunjuk yang ada pada mereka melainkan karena mereka suka berbantah-bantahan." [HR Tirmidzi: 3176, Ibnu Majah: 47, Ahmad: 21143, dinilai hasan oleh syaikh al-Albani didalam Shahih At-Targhiib: 137]

Di dalam Hadis Rasulullah shallahu 'alaihi wassalam bersabda:

أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ

"Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras permusuhannya" [HR Bukhari: 2277, Muslim: 4821]

إِنَّهُ مَنْ تَعَبَّدَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ وَمَنْ عَدَّ كَلَامَهُ مِنْ عَمَلِهِ قَلَّ كَلَامُهُ إِلَّا فِيمَا يَعْنِيهِ وَمَنْ جَعَلَ دِينَهُ غرَضًا لِلْخُصُومَةِ كَثُرَ تَنَقُّلُهُ

"Sesungguhnya barangsiapa beribadah tanpa ilmu, maka ia akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki, barangsiapa amalnya lebih banyak daripada perkataannya, maka ia akan sedikit berbicara kecuali dalam hal-hal yang bermanfaat,dan barangsiapa yang menjadikan agamanya sebagai sasaran untuk diperdebatkan maka banyaklah berubah-ubah (akidahnya)" [Diriwayatkan oleh Ad-Darimi (304) dan Al-Ajurri (Atsar: 39) dengan sanad yang sahih, sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim]

Ada seorang datang kepada Hasan Al-Basri lalu berkata, "Saya ingin mengajak anda berdebat dalam masalah agama" Hasan berkata, "Saya sudah mengetahui agama saya. Maka jika anda tersesat dalam agamamu, silalah pergi untuk mencarinya" [Dikeluarkan oleh Al-Ajurri dalam Asy-Syari'ah (57), Al-Lalika'i dalam as-Sunnah (215) dan Ibnu Baththah dalam Al-Ibanah Al-Kubra dengan sanad shahih]

Ahmad bin Abi al-Hawawi berkata: "Telah mengatakan kepadaku Abdullah bin al-Busri -ia tergolong orang-orang yang khusyu'-: "Sunnah menurut kami bukanlah hanya kamu membantah pengekor hawa nafsu dan bida'ah, akan tetapi Sunnah menurut kami adalah kamu tidak mengajak berbicara siapa pun dari mereka" [Lihat al-Ibanah (2/471)]

Hanbal bin Ishak berkata: "Seseorang telah menulis surat kepada Abi Abdillah -iaitu Ahmad bin Hanbal- meminta izin darinya agar ia menyusun sebuah kitab yang menjelaskan bantahan terhadap ahlul bida'ah, dan agar ia hadir bersama ahli kalam, lalu berdiskusi dan berhujah atas mereka", maka Abu Abdillah menulis balasan kepadanya: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, semoga Allah memberi mu akibat yang baik dan mencegahmu dari hal yang dibenci dan diwaspadai. Sesungguhnya yang kami dengar dan ketahui dari para ulama' yang kami ketemui, bahawa mereka membenci berbicara dan memperdalam perbincangan dengan orang-orang yang sesat. Perkara yang ada hanyalah menyerahkan dan mengembalikannya kepada apa yang ada didalam Kitab Allah dan tidak melampauinya. Dan orang-orang yang sentiasa membenci setiap orang yang berbicara, baik dengan menyusun kitab atau duduk-duduk dengan ahlul bida'ah untuk memperjelas padanya tentang urusan agama yang samar baginya. Maka insyaAllah yang selamat adalah dengan meninggalkan duduk-duduk dan memperdalam perbicaraan bersama mereka dalam bida'ah-bida'ah dan kesesatan mereka. Hendaknya seseorang takut kepada Allah dan kembali kepada hal-hal yang bermanfaat baginya dihari kemudian (hari Kiamat) dengan berbuat amal soleh dan dipersembahkan untuk dirinya, dan janganlah ia tergolong dari orang-orang yang membuat perkara-perkara baru. Maka apabila ia keluar darinya, maka ia menginginkan hujjah baginya, lalu ia membawa dirinya kepada sesuatu yang mustahil dan mencari hujah tatkala ia keluar darinya dengan sebab yang haq mahupun bathil, dengan tujuan menghiasi bida'ah dan perkara baru yang diadakan. Lebih parah lagi apabila ia menempatkannya dalam sebuah kitab, lalu mengambil darinya, maka ia hendak menghiasi bida'ahnya dengan al-haq dan kebathilan, walaupun telah jelas baginya kebenaran itu ada pada selainnya. Kami memohon kepada Allah taufiq-Nya bagi kita semua dan seluruh kaum muslimin. Dan semoga kesejahteraan selalu ada padamu" [Al-Ibanah (2/338)]

Mualliq Usuhul Imam Ahmad ini (Muhammad Eid al-Abbasi) berkata: "Ini adalah sikap Imam Ahmad yang berlebihan dalam mengingkari perkara-perkara baru. Kerana sejauh pengetahuan saya, pada hakikat nya apa yang telah ditetapkan dan diputuskan oleh para ulama' islam setelahnya adalah diperbolehkan untuk menyusun kitab, bahkan sebahagian kitab wajib disusun. Hal ini termasuk maslahah mursalah untuk menjaga lima perkara yang wajib dijaga, yang paling pertama adalah agama"

[Dikutip dari Terjemahan Kitab Syarah Ushulus Sunnah (Kitab Aqidah Imam Ahmad) oleh Syeikh Walid bin Muhammad Nubaih]